Kartini
Dulu Terbitkan Terang, Masa Kini Terbitkan Apa?
Selamat
hari kartini kaumku, selamat diagung-agungkan oleh para lelaki dan selamat
dikritisi oleh para aktivis muda. Semoga kaum kita senantiasa menjadi kaum
istimewah penuh rasa.
Tidak
lagi akan membahas tentang permasalahan yang bersifat menyuarakan kaum
perempuan untuk disetarakan atau pun meminta keadilan atas kekerasan yang
terjadi pada kaum kita hingga saat ini. Marilah kita bahas hal-hal yang remeh
namun sangat berpengaruh dan patut disadari (seharusnya).
Beberapa
hari yang lalu, entah dari mana ide ini muncul. Keinginan untuk melihat
perkembangan hidup perempuan di era kekinian melalui google. Yah,
sebenarnya juga didasarkan pada beberapa alasan juga sih, tapi ya sudahlah itu
dikonsumsi pribadi saja, hehe. Lanjut, setelah terketik kata “wanita 2016” pada
kolom pencarian, saya mendapatkan suatu pemandangan yang memang sedikitnya
sudah terprediksi. Dengan hasil pencarian teratas ‘model rambut terbaru 2016’,
selanjutnya tidak jauh-jauh dari pembahasan serupa. Tidak puas dengan itu,
kembali diketik kata “perempuan 2016”, ya hasilnya tidak jauh bedalah. Yang
membedakan adalah pencarian teratas adalah nama-nama bayi lucu 2016. Apa yang
ada dipikiran saya setelah itu? Biasa saja, karena saya memang menyadari itulah
yang terjadi di negara kita (yang katanya) tercinta. Dari sini juga,
terciptalah pemikiran untuk membandingkan kehidupan wanita/perempuan indonesia
dengan luar negeri. Alhasil setelah saya untuk ketiga kalinya mengetik di kolom
google dengan kata ‘women’s 2016” adalah sangat berbeda dengan pencarian
sebelumnya. Pada pencarian ini saya mendapatkan beberapa artikel yang berbicara
tentang konferensi perempuan yang dilakukan beberapa komunitas, dimana PBB juga
ikut berpartisipasi dan mengapresiasi apa yang dilakukan kelompok tersebut. Ah,
betapa indahnya jika itu ada pada pencarian pertama dan kedua. Bukan lagi
indah, namun juga sangat membahagiakan dan memotivasi untuk lebih berperan
aktif menjadi wanita yang tidak hanya punya rasa, akan tetapi pemikiran yang
dapat berpengaruh positif kedepannya.
Masalah
kecilnya sih seperti itu, tapi jika dipikir-pikir kembali, apa iya indonesia
dapat menciptakan Sember Daya Manusia (SDM) yang mengerti bagaimana cara
bersaing dengan sdm luar negeri. Jika perempuan indonesia saat ini saja sudah
mulai sibuk dengan model rambut dan baju, bagaimana dengan pemikiran dan
gagasannya menjadi SDM yang matang keilmuan dan pemikirannya? Sedangkan diluar
sana, perempuan-perempuan terus bersuara tentang pentingnya keilmuan, pemikiran
yang kritis, serta keinginan besarnya untuk mengurangi dan mencegah terjadinya
kekerasan terhadap perempuan. Tidak perlu dijelaskan bagaimana akan buruknya
perempuan indonesia (dalam segi SDM-keilmuan) jika terus saja bergembira
dijajah oleh kepuasan memenuhi keinginannya. Bagaimana pun, orang yang hidup
dijaman sekarang akan dapat menilai dengan mudah.
Sudahlah,
tak perlu membahas permasalahan yang memang sudah terjadi. Yang sangat perlu
dibahas adalah tentang bagaimana permasalahan itu dapat teratasi. Tidak akan
selesai jika kita hanya berbicara dan membesar-besarkan sebuah masalah.
Kongkritnya, ketika kita menyadari sebuah permasalahan, segeralah diperbaiki
agar kedepannya dampak buruknya tidak membesar atau meluas.
Hai
kaum perempuan, perlukah disadarkan dengan berkurangnya perempuan-perempuan
yang dapat menyuarakan kebutuhanmu? Atau disadarkan dengan hampir semua
perempuan sudah bukan lagi selayaknya manusia yang berhak hidup bahagia,
seperti mulai tertindas, menjadi korban kriminalitas, menjadi tempat pembuangan
kepentingan-kepentingan buruk, dan sebagainya.
Menjadi
perempuan dengan melebihi batas feminisme, itu tak masalah. Dengan artian tidak
berlebihan, tidak menganggap dirinya lebih baik dari pada lelaki. Meskipun
populasi dunia perempuan memiliki jumlah yang lebih banyak, bukan berarti
perempuan dapat menguasai setiap porsi (kedudukan) yang ada. Karena kembali
lagi pada kodrat perempuan yang masih mempunyai tugas-tugas lain.
Sederhananya,
perempuan kekinian pemikirannya jangan hanya tentang apa yang dapat lelaki
lihat oleh mata, sebut saja penampilan luar. Perempuan kekinian harus mempunyai
idealisme tentang melawan jajahan dari semua aspek kehidupan (ekonomi, sosial,
budaya, dll.). Perempuan kekinian harusnya berani mengubah arah globalisasi
yang lebih baik, yang menguntungkan banyak pihak.
Perempuan
kekinian memang tak bisa menjadi R.A Kartini yang dengan pemikirannya dapat
menaklukkan pikiran banyak pihak, dengan mengamini setiap gagasannya tentang
kemajuan SDM perempuan. Namun, perempuan kekinian melawan jajahan globalisasi
dengan fasilitas tercanggih sekalipun, juga dengan sebaik-baiknya memanfaatkan
kelebihannya berupa kepercayaan untuk beraktualisasi diri di berbagai kalangan.
Perempuan kekinian tercipta oleh budaya, yang nantinya harus menciptakan budaya
yang lebih baik lagi. Untuk itu, perlu adanya refleksi kembali tentang
pemahaman peran tugasnya sebagai kaum istimewah penuh rasa.
Malang,
20 april 2016