Kamis, 21 April 2016

Kartini Dulu Terbitkan Terang, Masa Kini Terbitkan Apa?

Selamat hari kartini kaumku, selamat diagung-agungkan oleh para lelaki dan selamat dikritisi oleh para aktivis muda. Semoga kaum kita senantiasa menjadi kaum istimewah penuh rasa.

Tidak lagi akan membahas tentang permasalahan yang bersifat menyuarakan kaum perempuan untuk disetarakan atau pun meminta keadilan atas kekerasan yang terjadi pada kaum kita hingga saat ini. Marilah kita bahas hal-hal yang remeh namun sangat berpengaruh dan patut disadari (seharusnya).

Beberapa hari yang lalu, entah dari mana ide ini muncul. Keinginan untuk melihat perkembangan hidup perempuan di era kekinian melalui google. Yah, sebenarnya juga didasarkan pada beberapa alasan juga sih, tapi ya sudahlah itu dikonsumsi pribadi saja, hehe. Lanjut, setelah terketik kata “wanita 2016” pada kolom pencarian, saya mendapatkan suatu pemandangan yang memang sedikitnya sudah terprediksi. Dengan hasil pencarian teratas ‘model rambut terbaru 2016’, selanjutnya tidak jauh-jauh dari pembahasan serupa. Tidak puas dengan itu, kembali diketik kata “perempuan 2016”, ya hasilnya tidak jauh bedalah. Yang membedakan adalah pencarian teratas adalah nama-nama bayi lucu 2016. Apa yang ada dipikiran saya setelah itu? Biasa saja, karena saya memang menyadari itulah yang terjadi di negara kita (yang katanya) tercinta. Dari sini juga, terciptalah pemikiran untuk membandingkan kehidupan wanita/perempuan indonesia dengan luar negeri. Alhasil setelah saya untuk ketiga kalinya mengetik di kolom google dengan kata ‘women’s 2016” adalah sangat berbeda dengan pencarian sebelumnya. Pada pencarian ini saya mendapatkan beberapa artikel yang berbicara tentang konferensi perempuan yang dilakukan beberapa komunitas, dimana PBB juga ikut berpartisipasi dan mengapresiasi apa yang dilakukan kelompok tersebut. Ah, betapa indahnya jika itu ada pada pencarian pertama dan kedua. Bukan lagi indah, namun juga sangat membahagiakan dan memotivasi untuk lebih berperan aktif menjadi wanita yang tidak hanya punya rasa, akan tetapi pemikiran yang dapat berpengaruh positif kedepannya.

Masalah kecilnya sih seperti itu, tapi jika dipikir-pikir kembali, apa iya indonesia dapat menciptakan Sember Daya Manusia (SDM) yang mengerti bagaimana cara bersaing dengan sdm luar negeri. Jika perempuan indonesia saat ini saja sudah mulai sibuk dengan model rambut dan baju, bagaimana dengan pemikiran dan gagasannya menjadi SDM yang matang keilmuan dan pemikirannya? Sedangkan diluar sana, perempuan-perempuan terus bersuara tentang pentingnya keilmuan, pemikiran yang kritis, serta keinginan besarnya untuk mengurangi dan mencegah terjadinya kekerasan terhadap perempuan. Tidak perlu dijelaskan bagaimana akan buruknya perempuan indonesia (dalam segi SDM-keilmuan) jika terus saja bergembira dijajah oleh kepuasan memenuhi keinginannya. Bagaimana pun, orang yang hidup dijaman sekarang akan dapat menilai dengan mudah.

Sudahlah, tak perlu membahas permasalahan yang memang sudah terjadi. Yang sangat perlu dibahas adalah tentang bagaimana permasalahan itu dapat teratasi. Tidak akan selesai jika kita hanya berbicara dan membesar-besarkan sebuah masalah. Kongkritnya, ketika kita menyadari sebuah permasalahan, segeralah diperbaiki agar kedepannya dampak buruknya tidak membesar atau meluas.

Hai kaum perempuan, perlukah disadarkan dengan berkurangnya perempuan-perempuan yang dapat menyuarakan kebutuhanmu? Atau disadarkan dengan hampir semua perempuan sudah bukan lagi selayaknya manusia yang berhak hidup bahagia, seperti mulai tertindas, menjadi korban kriminalitas, menjadi tempat pembuangan kepentingan-kepentingan buruk, dan sebagainya.

Menjadi perempuan dengan melebihi batas feminisme, itu tak masalah. Dengan artian tidak berlebihan, tidak menganggap dirinya lebih baik dari pada lelaki. Meskipun populasi dunia perempuan memiliki jumlah yang lebih banyak, bukan berarti perempuan dapat menguasai setiap porsi (kedudukan) yang ada. Karena kembali lagi pada kodrat perempuan yang masih mempunyai tugas-tugas lain.

Sederhananya, perempuan kekinian pemikirannya jangan hanya tentang apa yang dapat lelaki lihat oleh mata, sebut saja penampilan luar. Perempuan kekinian harus mempunyai idealisme tentang melawan jajahan dari semua aspek kehidupan (ekonomi, sosial, budaya, dll.). Perempuan kekinian harusnya berani mengubah arah globalisasi yang lebih baik, yang menguntungkan banyak pihak.

Perempuan kekinian memang tak bisa menjadi R.A Kartini yang dengan pemikirannya dapat menaklukkan pikiran banyak pihak, dengan mengamini setiap gagasannya tentang kemajuan SDM perempuan. Namun, perempuan kekinian melawan jajahan globalisasi dengan fasilitas tercanggih sekalipun, juga dengan sebaik-baiknya memanfaatkan kelebihannya berupa kepercayaan untuk beraktualisasi diri di berbagai kalangan. Perempuan kekinian tercipta oleh budaya, yang nantinya harus menciptakan budaya yang lebih baik lagi. Untuk itu, perlu adanya refleksi kembali tentang pemahaman peran tugasnya sebagai kaum istimewah penuh rasa.

Malang, 20 april 2016